Jumat, 09 Januari 2009

Tips mengubah ide jadi tulisan

Menurut Elbow, yang pertama perlu dilakukan untuk bisa menulis adalah menulis. Tuangkan apa saja yang terlintas dalam benak melalui tulisan, Elbow memberinya istilah “menulis bebas”.
Menulis bebas merupakan salah satu cara untuk membantu membiasakan menulis. Dalam latihan ini, orang disarankan untuk menuangkan, dalam bentuk tulisan, apapun yang ia pikirkan, bahkan tentang ketidakmampuannya menulis. Saat diminta menulis apa pun yang terpikirkan selama 10 menit dan merasa buntu, orang boleh saja hanya menuliskan kebuntuannya, kebingungannya. Dalam menulis bebas, lupakan aturan, lupakan kesalahan. Tulis dan luapkan saja.
Tentu, menulis bebas bukan akhir dari belajar menulis. Elbow juga bicara tentang proses menulis. Ibarat tanaman, bibit-bibit menulus adalah apa yang dihasilkan dalam menulis bebas. Bibit tidak diharapkan jadi bibit selamanya, ia harus tumbuh sehingga potensi-potensinya teraktualisasi. Bibit diharapkan menjadi pohon yang rindang dan kokoh atau jadi perdu yang indah.
Begitu pula bibit tulisan, hasil menulis bebas perlu ditumbuhkan menjadi tulisan yang menggugah, mencerahkan, memberi kenikmatan bagi pembacanya. Menulis dalam tahp ini menirut Elbow, bukan cara mengirim pesan, tetapi cara menumbuhkan pesan. Seperti pohon, dari batang tulisan yang suah dihasilkan, ranting-ranting pesan bisa ditumbuhkan. Lalu daun-daun kata menghiasinya, rimbun dan berwarna.
Caranya: baca ulang hasil tulisan itu, tegaskan topic utama, temukan bagian-bagian yang perlu dielaborasi atau dihilangkan tentukan alinea-alinea yang perlu diperjelas, rumuskan kalimat-kalimat yang terang, serta pilih kata-kata yang mewakili pikiran dan perasaan.
Seperti apoteker atau koki, penulis perlu menggodok tulisannya. Mengutik Elbow (hal 51) “Pertumbuhan adalah proses yang sangat besar, evolusi seluruh organisme. Penulisan adalah proses yang lebih kecil: pendidihan, penyeduhan, peragian, pembelahan atom.” Dengan menggodok, penulis menggerakkan mesin penumbuh tulisan. Sebuah mesin butuh energi untuk bekerja. Namun energi saja tidak memadai untuk menggodok, apalagi saat energi yang dimiliki terbatas.
Bagi Elbow, penggodokan lebih tepat dipahami sebagai interaksi antarmateri yang berbeda atau bertentangan. Penggodokan bisa sebagai interaksi antarmanusia, antaride, antara kata dan ide, antara keterlibatan dan perspektif, lebih rinci lagi interaksi antarmetafora, antarmode, antara penulisn dan symbol-simbol di atas kertas.
Berbagai pikiran yang dipaparkan digodok dalam tulisan agar menghasilkan ide yang kuat. Ide-ide dipertemukan dan dibandingkan untuk menghasilkan tesis yang tegas. Beragam keterlibatan dan perspektif dipakai untuk menghasilkan paparan komperhensif. Lalu, berbagai metafora, mode penulisan, dan symbol diolah untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang bernas.
Proses menulis bebas yang diikuti oleh upaya menumbuhkan dan menggodok dapat dilakukan tanpa guru, tetapi tidak tanpa interaksi dengan orang lain. Menulis adalah interaksi dan yang terpenting adalah interaksi antarmanusia sebab dari manusialah unsure-unsur tulisan paling penting berasal. Elbow menekankan pentingnya keterbukaan pada penulis, berpikiran terbuka, berjiwa terbuka dengan adanya interaksi dengan orang lain.
Elbow secara tersirat tetapi jelas menempatkan tindak menulis sebagai cara menulis. Ini mengingatkan kita kepada ungkapan filsuf dan penulis Iris Murdoch, “Hanya dengan mencintai kita dapat belajar mencintai”. Untuk dapat memiliki kemampuan itu, orang harus melakukannya. Hanya dengan menulis kita dapat belajar menulis. Tanpa melakukannya, kita tak akan pernah mampu menulis dengan baik.
Kemampuan menulis tidak tergantung bakat. Orang tak berbakat pun bisa jadi penulis jika ia berlatih menulis. Bakat adalah urusan orang-orang terpilih, segelintir orang yang mendapat berkah. Adapun kemampuan menulis diperuntukkan bagi siapa saja, tak kenal kasta, status social-ekonomi, tak peduli pemimpin atau bawahan.
Penulis yang baik adalah orang yang mampu menulis dengan baik kapan saja, dimana saja, dan dalam kondisi apa pun. Penulis yang baik tidak hanya mengandalkan inspirasi atau ilham. Juga tidak hanya mengandalkan mood atau suasana hati. Ia menggunakan seluruh pikiran, perasaan, dan tindakan konkretnya saat menulis.
Penulis yang baik juga mampu merangsang dirinya untuk menciptakan suasana hati yang mendukungnya menulis. Ia mampu menyemangati dirinya agar dapat menulis dimana saja dan kapan saja. Ia mengolah pikiran, perasaan, dan tindakan serta dicurahkan dalam bentuk tulisan agar dapat disebarkan kepada orang lain. Penulis yang baik mau berbagi cerita dengan banyak orang lewat tulisannya. Ia adalah seorang dermawan yang mau berbagi pengetahuan dengan siapa saja.
Buku ini memberi petunjuk tentang cara berlatih menulis. Secara rinci dan lancer Elbow memaparkan langkah demi langkah dengan ilustrasi yang menarik. Perumpamaan-perumpamaan yang ia gunakan menjadi daya pikat tulisannya. Contoh-contoh konkret yang ia ambil dari pengalamannya sebagai penulis yang ketakutan dan frustasi serta sebagai dosen menulis menambah terang petunjuk-petunjuk yang ia berikan. Buku yang matang ini merupakan contoh yang baik dari kegiatan menulis bebas yang ditumbuhkan dan digodok scara sungguh-sungguh. Elbow mengajar menulis dengan menulis tanpa guru. (Disarikan dari tulisan Bagus Takwin “ Menumbuhkan dan Menggodok Tulisan” dalam Kompas, Minggu, 6 Januari 2008)

Disadur dari www.seindahyula.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar